Sabtu, 15 Oktober 2016

Setan Batu Ngglinding

Perkenalkan nama saya galuh, ini ceritaku 5 hari yang lalu, langsung saja ke cerita/pengalamanku. Waktu itu tepatnya hari sabtu sore saya berangkat dari Cikarang menuju kota Tegal dengan kendaraan kesayanganku si “blalang merah” (julukan motor). Saat dalam perjalanan tidak ada hal-hal yang ganjil malah dalam perjalanan sangat terasa seru, sebab dalam perjalanan ada yang ngajakin kebut-kebutan.

Maklumlah anak motor. Cikarang – Karawang – Cikampek – Subang – Indramayu – Cirebon dilahap semua dengan lancar. Saat sudah tiba diperbatasan Cirebon – Brebes saya istirahat sejenak karna dari tadi saya belum istirahat saking inginnya bertemu dengan anak dan istri tercinta. Setelah istirahat sejenak (sekedar duduk bersandar sambil makan gorengan ditambah rokok 1 batang) saya segera melanjutkan perjalanan kembali.

Sekitar jam 9 malam kalau tidak salah, saya segera beranjak dari pom bensin tempat beristirahat tadi. Karna malam semakin larut saya langsung tancap gas mentok. Brebes pun lewat dan sampai di kota tujuan (Tegal) saya pun masih terus tancap gas sebab rumah mertua saya berada dekat dengan PURIN, pasti tahu kan tempat rekreasi pantai di tegal yang terletak di perbatasan pemalang sob?.

Perbatasan kota pun terlihat “sampai jumpa lagi.” Alhamdulilah dalam hati saya bersyukur karena hampir sampai tujuan. Setelah beberapa meter (masih di Pantura) saya sampai di lampu merah dan belok ke kanan (lewat jalan pintas karena jalan utama rusak/aspal yang gak ke urus gitu). Dekat dengan lampu merah tersebut terdapat pintu rel kereta api, karena ada kereta yang lewat saya pun berhenti.

Nah berawal dari sini (pintu rel kereta) waktu itu sekitar jam 10 malam lebih, posisi dari rel kereta pun masih ramai kendaraan yang 1 arah, tetapi dari lawan arah hanya ada 2 mobil dan 3 motor sendirian semua. Sehabis kereta lewat palang pintu pun dibuka dan kami semua melewati rel tersebut, tapi saya langsung tancap gas (gak sabar, hehe) dengan kondisi jalan masih ada yang rusak, saya pun zik-zak untuk menghindari jalan yang rusak tadi.

Selang beberapa meter masih dekat dengan rel kereta tetapi sebelah kanan kiri sudah berupa kebon yang tidak di urus. Tiba-tiba saya melihat entah apa yang menggelinding dari tengah jalan ke arahku, bentuknya seperti batu tapi hitam lebih kecil dari helm sedikit. Sontak reflek langsung saya menghindar dari benda tersebut masih dalam posisi ngebut, wusss, blak, brwaaakkk. Astaghfirullohal’adzim (dalam hati saya istighfar). Benda tersebut masih menghantam motor saya.

Saya pun langsung lepas gas dan berusaha rem belakang, tetapi ternyata rem belakang saya sudah tidak berfungsi lagi, “Ya Allah” ucap saya, dengan keadaan seperti ini alhamdulilah pikiran saya masih tenang. Menghentikan motor dengan pelan-pelan hingga tempat yang agak ramai. Setelah berhenti saya langsung cek motor, ternyata rem belakang hancur, dan lebih herannya lagi pas saat saya sedang berhenti di tepi jalan memeriksa rem, pengendara lain yang 1 jalur dibelakang saya tidak merespon apapun, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Saya pun lanjutkan perjalanan dengan tanpa rem belakang.

Keesokan harinya setelah lebaran Idul Adha, saya pergi sama kakak ipar menemui teman, katanya sih ada urusan, setelah tiba saya lihat teman kakak ipar saya yang punya kelebihan ada disitu juga. Sembari nungguin kakak ipar sedang asik ngobrol, saya coba tanya sekedar iseng karna saya pikir mungkin itu batu biasa walaupun kata ibu, istri dan kakak ipar saya bilang itu jin tapi saya masih belum yakin.

setelah saya tanya apa yang saya alami ternyata benar, kata teman kakak saya itu bilang saya kena “medi ngglinding” dan alhamdulilahnya lagi katanya saya masih diberi keselamatan. Karena yang sebelum-sebelumnya gak ada yang selamat. Sekian sepenggal kisahku bro, maaf jika ada kata-kata yang kurang pas dan kurang srek, sekedar pesan: sebelum berpergian, naik kendaraan, dan dalam perjalanan, ingatlah untuk selalu berdoa dan ingat allah tuhan segala makhluk, semoga kita dalam lindungan-NYA. Amin.