Sabtu, 15 Oktober 2016

Angkot Yang Tak Pernah Kosong

Hallo sahabat-sahabat apa kabarnya? Saya disini akan bercerita tentang kisah yang benar-benar kisah nyata tentang angkutan kota (Angkot) yang selalu penuh dikala pulang narik cari penumpang dimalam hari, kejadian itu sekitar saya kelas 3 SD, wah sudah lama banget ya sekarang sudah kuliah semester V dan masih ingat betul dengan keadaan dan situasi dulu.

Jadi begini Ayah saya dulu merupakan seorang TNI-AD aktif dan Babinsa Koramil daerah di Bogor, dia pekerja ulet dan tidak pernah mengeluh dengan keadaannya yang dulu cuma berpangkat Kopral untuk membiayai kuliah kakak perempuan saya waktu itu sekitar tahun 2003 an karena kakak saya butuh dana penelitian karena lagi KKN juga. Kebetulan pada waktu itu Ayah saya punya angkot yang selalu kejar setoran dalam artian bagi hasil dengan supir walaupun pembagian hasilnya di mulai pagi pukul 08:00 sampai 17:30 sore.

Nah setiap sore itu angkot selalu simpan di garasi rumah, memang tidak ada yang aneh bagi saya kelihatannya tapi jikalau Ayah saya sehabis piket dan bertugas, beliau suka nyambi jadi supir angkot karena butuh biaya untuk sehari-hari dan kuliah kakak saya juga kadang beliau selalu pulang larut malam dengan hasil yang memuaskan. Dikarenakan kalau malam di daerah kami sangat susah sekali kendaraan jikalau sudah lewat magrib.

Suatu ketika dikala sekolah ada tanggal merah saya ingin ikut jadi iseng-iseng kondektur cilik waktu itu memang saya memaksa untuk ikut dan ingin tahu keadaan malam hari walaupun Ayah saya sering melarang tapi saya memaksa dan duduk di belakang kala itu. Pukul menunjukan 20:30 saya melihat jam dinding yang ada di toko karena angkot lagi ngetem cari penumpang.

Memang jarak kota ke desa itu sekitar 21-28 KM melewati jarak yang cukup jauh untuk trayek angkutan umum, memang bahagia saya pada saat itu bisa ikut naik angkot. Wah benar pula angkot tuh penuh dan sesak dengan penumpang, tak lupa Ayah saya membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah, akhirnya angkotpun berangkat. Satu persatu penumpang yang berdesakan itu mulai tiada, turun sesuai dengan tempat tujuannya, dan yang terakhir itu penumpang Ibu paruh baya yang saya ingat minta di antar ke tujuan yang bukan jalur tujuan angkot Ayah saya.

Akan tetapi Ayah saya akhirnya mengiyakan untuk mengantarnya sampai tujuan. Si Ibu senyum dan memberikan ongkos lebih, waktu juga sudah menunjukan pukul 22:20 kami melewati sebuah jalan yang sangat sepi dan jauh dari perkampungan, memang cukup jauh jaraknya karena saya duduk di belakang saya merasakan angkot itu sesak dan seperti penuh penumpang, padahal pada saat itu sudah kosong.

Saya mau teriak ke Ayah itu susahnya minta ampun karena merasa ada sesuatu yang membuat saya merasa sesak. Angkot itu serasa ada yang mengobrol bla, bla, bla tapi saya tidak bisa teriak. Saya lihat jalur itu masih jauh dari cahaya perkampungan, sesampainya di perempatan, saya bisa teriak. Ayah aku mau pindah duduk di depan dan akhirnya Ayah saya mendengar, keringat dingin saya rasakan keluar, Ayah saya menanyakan ada apa.

Ayah aku takut, itu angkot seperti penuh dengan orang-orang. Tapi ayah saya bilang jangan takut mungkin cuma perasaan soalnya kamu itu penakut, sambil Ayah saya waktu itu bercanda dan sampai juga di rumah tercinta tapi dari situ saya paling ogah atau malas jiga di ajak ikut narik angkot lagi. Trauma juga dan kemudian angkot itupun berpindah tangan karena harus di jual untuk keperluan biaya wisuda kakak saya.

Waktu berlalu begitu cepat, karena saya sudah pindah rumah di karenakan Ayah saya sudah pensiun dan tidak tinggal lagi di Bogor dan sekarang tinggal di Cianjur. Saya iseng main ke tempat masa kecil saya dan bertemu kawan Ayah, orang yang pertama punya angkot itu saya cerita panjang kenangan narik angkot, akhirnya kawan Ayah saya bercerita ternyata angkot itu adalah angkot yang dulu pernah kecelakaan masuk jurang dan semua penumpangnya meninggal dan hanya sebagian yang masih hidup.

Pada saat itu kecelakaan angkot dalam keadaan penuh, waduh di situlah saya baru tahu ternyata angkot yang penuh berkah dan rejeki itu ternyata banyak kenangan yang tak terduga. Di akhir saya pulang malam saya melihat angkot itu sudah terbengkalai di pinggir rumah orang yang dulu beli dari Ayah saya, berkarat dan sudah tidak terawat karena mesinnya sudah rusak. Saya cukup bersyukur karena bisa melihat kenangan masa lalu. Cukup sekian terimakasih.